Masih bersama Product Design Focus #3: Climate Change – What Have Designers Got to Do with It?, bertempat di Padi Art Ground, tanggal 31 Januari 2011 merupakan hari yang baik untuk memulai diskusi yang hangat. Kali ini menghadirkan Dr. Dwinita Larasati sebagai narasumber.
Revolusi Industri yang terjadi pada abad 19 telah menyebabkan pesatnya pertumbuhan populasi manusia di dunia. Peningkatan ini membawa dampak besar bagi bumi dan isinya, yakni Global Warming. Fenomena Global Warming dapat kita rasakan secara jelas dengan melihat peristiwa pencairan es di kutub utara.
Di dalam buku Silent Spring (1962) yang mengemukakan tentang penyebab pemanasan global, ada sebuah istilah yang disebut The Planned Obsolence, di mana dijelaskan bahwa sebuah produk sengaja diciptakan dengan maintanance yang tidak terlalu baik agar selalu terjadi perputaran produk. Dengan kata lain, produk diciptakan denmgan cepat, agar cepat dijual dan muncul seri baru lagi. Hingga tahun 2011, fenomena ini tidak banyak berubah. Akibatnya, sampah dan polutan terus bertambah dari hari ke hari.
Namun, Indonesia tidak bisa berbuat banyak dalam membatasi atau mengatur pemakaian produk, karena Indonesia bukan negara industri, sehingga tidak cukup berpengaruh terhadap gadget dan eletronik. Indonesia tidak memiliki asosiasi yang concern terhadap permasalahan ini.
Itulah mengapa ada desainer produk. Desainer produk mempengaruhi sekitar 70% dari penciptaan sebuah produk. Desainer juga yangmenjadi penghubung antara manusia dan produk dan turut berpartisipasi menjaga bumi ini. Ada 3 poin mengapa kita harus mendesain berkelanjutan (sustainability) :
- Economic drivers
- Policies
- Market driver
Saat ini, semua umat manusia peduli terhadap lingkungan. Bentuk aksinya bermacam-macam, hal pertama yang dilakukan yakni membeli green product. Sejumlah negara pun menyatakan aksinya dalam menjaga keberlangsungan bumi. Contohnya Amerika Serikat. Apabila kita tidak bisa membuktikan bahwa produk kita berkelanjutan hingga lima tahun ke depan (terhitung 2008), maka produk kita tidak bisa masuk ke negara tersebut pada 2013.
Sebagai desainer produk, ada banyak yang bisa kita pelajari dari alam. Seperti permukaan teratai yang anti air, menjadi inspirasi salah satu perusahaan cat dunia dalam membuat cat dinding yang tahan terhadap air. Strategi yang bisa dilakukan dalam mengaplikasikan nilai keberlanjutan dalam desain produk yakni :
- Identifikasi material
- Identifikasi human resources
- Identifikasi Lifestyle Awareness
- Identifikasi kesempatan
- Delivering the message
- Multi diciplinary research
- Local solutions
Cara paling sederhana menciptakan green product yakni recycle. Recycle bukan hanya mengubah sampah dan menundanya masuk ke pembuangan.Tiga tahap recycle yaitu memperbaiki produk lama, membuat sampah menjadi suatu produk baru dan memikirkan sistem baru yang lebih efisien untuk produk. Recycle itu last resort. jangan andalkan proses daur ulang, tapi cari cara cerdas untuk pemakaian material yang tepat.
Ada tiga tahap dalam mendesain untuk keberlanjutan:
- Memperbaiki produk yang sudah ada
- Berinovasi dalam